In Memorian,-

IA YANG PERGI NAMUN TINGGAL
(sebuah memoar tentang cita dan cinta)

"Maut adalah pintu masuk yang tiap insan lewati. Makam adalah rumah tempat setiap insan istirahat. Semoga makam ini dijadikan Allah salah satu rumpun bunga di surga dan memperkenankan Almarhumah bermukim di taman terindah di Firdaus"

Jum'at 19 Oktober 2018, Mutmainnnah Az Zikra. Hari itu kembali Allah memanggil putri terbaiknya kembali ke rahmatullah. Kepergian beliau menyisakan banyak cerita pun juga kenangan bagi siapa saja yang mengenalnya. Terlebih lagi bagi teman-teman kelas juga teman sekolahnya. Almarhumah dikenal sangat pendiam, dengan balutan jilbab besar yang menutupi tubuhnya memperlihatkan betapa anggunnya dia menapaki jalan kehidupan dengan banyak mengingat Allah dan belajar hakikat islam. Terlihat dari keaktifan almarhumah sebagai sekreraris umum rohis UPT SMAN 2 Sinjai. Beliau duduk di bangku kelas XII MIA 2 SMAN 2 Sinjai, di tengah-tengah sahabat-sahabatnya yang tak bisa membendung airmata sejak kepergiannya. Sebut saja Ratri, teman sebangku almarhumah. Tak kuasa membendung kesedihannya, memposting semua tentang almarhumah, berbagi cerita tentang kebersamaannya semasa hidup beliau. Dari semua postingan sahabat-sahabatnya yang sempat terlintas dilayar ponsel saya, sebuah kesimpulan tentang sosok almarhumah adalah "dia orang baik"

Bukan cuma itu saja, cerita dari guru-guru yang mengajar di SMAN 2 Sinjai pun menggambarkan sosok almarhumah yang cerdas dan ramah kepada semua orang. Sebut saja guru matematika (Jamaluddin, S.Pd). Saat itu saya boncengan dengan beliau melayat ke rumah duka, seiring perjalanan beliau menceritakan tentang kesederhanaan dan keramahan anak didiknya selama di sekolah. "Sempat saya lihat shalat magrib berjamaah di mushollah (At Tarbiyah) sekolah, dan ternyata itu shalat terakhirnya", cerita pak Jamal sembari mengemudikan motornya sampai ke rumah duka.

Tidak banyak cerita tentang almarhumah yang bisa saya kisahkan sendiri, seingat saya dia tersenyum ramah sekali pada saya di hari jum'at sepulang saya dari sekolah. Tapi cerita-cerita tentang almarhumah selalu saja mengalir hingga saat ini.

Memang sangatlah tidak mudah melepas seseorang yang begitu baik dan kita cintai. Tapi tidak ada yang bisa mengganggu gugat ketetapan Allah SWT. Tidak pernah saya tahu bagaimana Allah melihat kematian seseorang. Saya tidak ingin menghakimi. Tapi saya tahu, kita semua bisa belajar dari kematian orang lain. Bahwa hidup ini tidak benar-benar selamanya. Bahwa, kapanpun kita bisa mati. Lantas, mengapa kita tidak menjaga diri kita. Beruntunglah jika kita sempat taubat sebelum ajal menjemput kita. Layaknya kepergian almarhumah yang semoga khusnul khatimah.

Kita tidak pernah bisa tahu kapan kita mati. Tapi kita diberikan keleluasaan untuk memilih jalan kematian kita. Berdoalah semoga Allah menjaga kematian kita dengan cara yang baik. Bila Dia memanggil kita, dia memanggil kita dalam keadaan terbaik.

Kepergian almarhumah Innah (sapaan keseharian beliau) memberikan banyak pelajaran bagi kita, tentang bagaimana cara kita berproses di dunia ini. Ia pergi namun tinggal. Tinggal di hati setiap yang mengenalnya, tinggal di hati setiap yang mencintainya. Ia pergi kembali ke haribaan Allah sebagai hamba yang menyelesaikan tugas dunianya.

Itulah kematian yang merupakan hak penuh Allah SWT, yang tidak bisa diduga oleh siapapun. Kematian laa yaastakhiruna saat wa laa yastaqdimun. Tidak bisa ditunda sedikitpun atau di percepat. 

Wallahu  a'lam bis showwab.

Bikeru, 22 Oktober 2018
Penulis: abang Dhio' (Penggiat Literasi)

Komentar

Postingan Populer