terima kasiih telah membantuku menulis ini

Huruf demi huruf dari banyak alfhabet aku coba ketikkan. Menulis lalu menghapus, menulis lagi lalu kuhapus. Lagi dan lagi terdiam menerawang ke atas, harus seperti apa kata yang mampu lukiskan perasaanku? Rasa terima kasihku untukmu yang telah hadir di kehidupanku. Terkadang membuat aku kecewa mengenalmu. Terkadang bahkan sering kau membuatku berarti, jauh lebih berarti dari kesalahan-kesalahanku. Mungkin canda sampai kesedihan yang telah kita lalui, hanya bayangan, ya.... hanya membayang. Ternyata kau tak pernah kutatap, kau tak pernah kulihat. Tapi smua yang ada padamu seolah memaksa otakku terus bekerja mengingat-ingat tentangmu.

Awalnya...
Tak pernah terfikir apalagi merencanakan, semua mengalir begitu saja. Kita... kita hanya kenal lewat kata, berinteraksi lewat layar kaca. Semua bagai pura-pura namun tak begitu sebenarnya. (Ini terlalu sulit kujelaskan).

Didasar hatiku pernah terletak beberapa nama. Disela-sela tiap mula ada ketakutan yang sama. Tentang kebersamaan yang berakhir tanpa bersama. Semiris itukah kisah yang menghampiri hati, atau aku yang tak hati-hati menaruh hati?

Jika menyayangi berarti memberi seutuhnya. Aku tak ingin mempertaruhkannya pada yang mahir meretakkan.

Karena tak pernah ada yang tau, telah sejauh apa aku memunguti serpihan itu satu demi satu. Mengumpulkannya lalu menyatukannya lagi hingga sempurna, hingga tak ada luka. Lalu semudah itu seorang baru meruntuhkan hatiku hingga lagi dan lagi runtuh.

Aku tahu tak baik terus begini, bagaimana bahagia mendatangi jika membuka hati saja aku tak berani?

Dengan alasan apapun, yang berawal kelak pasti berakhir. Meski sudah melangkah paling hati-hati, kuyakin ada saatnya hati akan sakit lalu sembuh sendiri.

Terkadang lelah terjatuh pada repitisi yang sama. Seorang datang, mendekat, sakit lalu berujung pada aku atau dia yang luka.

Jika boleh memilih, aku ingin menggunting peta takdir. Langsung menuju pada hati yang tepat untuk kusinggahi, agar tak banyak hati yang terlukai. Tapi inilah yang disebut perjalanan.

Bukan soal akhir bukan soal awal. Bukan bagaimana memulainya, bukan bagaimana mengakhirinya. Tapi ini tentang menjalani, bertahan dan mendewasakan dalam setiap pilihan. Smoga aku tak salah memilih hatimu untuk menjadi salah satu kenangan dari perjalananku.

Kamu telah membuka hatiku dari ketakutanku. Sehingga aku benar-benar mampu melihat bukan dari satu sisi, bukan dari "kepercayaan diriku" dan pengharapan tapi dari perasa'ku yang telah bernyawa olehmu-karenamu..

"Meyakini sesuatu yang semu memang tak mudah, tapi itu lebih baik dari pada jatuh pada kesedihan yang salah."

Kini aku bahagia, engkau ada disisiku, mencoba selangkah lebih dekat denganku. Aku senang engkau kini mulai menitipkan secuil hati disudut jiwaku, dan aku bersyukur untuk itu.

Aku yang masih selalu asyik dengan masa lalu, sedangkan kau yang sudah berani memandang dunia kedepan. Adik pasti belum lupa dengan semua sifat kekanak-kanakanku. Entah apa yang terfikir dalam benakmu kala itu. Jika boleh aku meminta kata sempurna, aku akan memberikannya padamu. Atas semua kelembutanmu aku mulai terlena pada sebuah ingin kau jadi milikku, menjadi kita seutuhnya.

Aku hanya bisa diam saat menyadari rasa itu telah menguasai diri, tak dapat berbuat apa-apa, tak berhak menuntut apa-apa. Sedang kamupun tak mengerti apa yang kumau. Aku hanya ingin sedikit perhatianmu untuk sekedar membujukku, membantu mencairkan egoku.

Ingin sebenarnya ada satu masa dimana kau bisa berada didepanku. Aku ingin membuka lembaran, lembaran dimana hanya ada aku, kamu, kerinduanku, dan harapanku. Tapi kapan?Akankah itu terjadi? Kalaupun terjadi, akankah kau rela meluangkan waktumu untuk mendengarkanku? Ini lebih sulit untuk kubayangkan.

Semoga dinding itu mampu kita runtuhkan. Agar kita mampu melihat dengan jelas, gambar yang berada pada puzzle perjalanan ini, hingga kita mampu menyusunnya dengan sempurna. Lalu membingkainya agar tetap rapi dan kokoh. Sehingga bila nanti akhir dari awal itu benar datang, ia tetap utuh. Berpisah tanpa ada luka, Kehilangan tanpa ada lagi yang merasa terluka,-



Bikeru, 15 September 2018
abang Dhio'

Komentar

Postingan Populer