Happily ever after


Aku tidak berpikir akan menemukannya, sekali lagi. Ia berjalan keluar dari ruangan yang jauhnya di belakangku, sama seperti dulu, ia melangkah melewatiku tanpa menyadari aku ada di sini. Dan aku tidak berusaha melakukan hal-hal yang membuatnya menengok. Ia juga tetap tidak tahu aku masih memilih tempat yang sama untuk mencuri dengar dan melirik pandang pada apa yang pernah menghentikan niat pulangnya.

Sama, aku juga merasakan hal yang serupa. Ada yang hilang.” Aku membenamkan diri di antara tulisanku yang terbuka untuk publik. Tulisan yang membicarakan tentang perjalanan kita atau mungkin cuma aku; bagaimana aku bangun di suatu kamar, lalu mendapati diri nyamannya rumah, lantas teringat ketika kita tidur di rumah sendiri, bangun di pagi hari, berdiri menatapi cermin dan merasa asing. “Mungkin ada yang ketinggalan,” ujarku akhirnya. “Aku ingin sekali berkata padanya bahwa ia selalu punya kesempatan. Tetapi.” 

Setiap orang punya bahasanya sendiri saat dijerat kenangan, ada yang berhenti lama sekali di sebuah tempat karena di sana mungkin mengantarkannya pada seseorang di masa lalu, ada yang adukan kopinya melambat ketika mendengar sepotong lagu di antara kedua Laptopnya; tempatnya melarikan diri, atau ada juga yang tiba-tiba mencoba menutup ingatannya, begitu saja, seraya mencari objek yang tepat bisa disinggahi pandangnya yang risau pengganti dari yang objek yang mulai terasa asing dan terbengkalai di dalam hatinya. 

Sejatinya jatuh cinta, tak pernah sakit. Karena, ketika kamu hendak jatuh padanya, ia akan sesegera mungkin menangkapmu, sebelum kamu terbentur keras. Dan, yang cepat dan sigapnya menangkapmu ketika kamu jatuh padanya, hanyalah orang yang tepat, yang tahu kamu akan terhuyung dan jatuh. Ia adalah orang yang menemukanmu ketika yang lain tidak. Kalian saling menemukan dan ditemukan. Dan, happily ever after. Berakhir bahagia, jika tidak, berarti itu bukan endingnya. 

Bukankah sesederhana itu?

Sinjai, 11 September 2018 • 01:01 wita
abang Dhio'

Komentar

Postingan Populer